MOUNTAIN SICKNESS
Sakit kepala alarm gangguan
Ada beberapa bahaya yang muncul dari hobi mendaki gunung. Yang paling ringan, gangguan pencernaan. Bisa juga, tergigit binatang berbisa atau mengalami Hipotermia (penurunan suhu tubuh) dan Hipoglikemia (penurunan kadar gula dalam darah)
Menurut keterangan dari berbagai sumber yang didapat, tubuh selalu berusaha beradaptasi dengan lingkungan. Bila berada dalam suhu dingin, tubuh membutuhkan banyak kalori untuk kepentingan metabolisme. Dengan begitu, suhu tubuh tetap stabil. Untuk metabolisme tubuh, dibutuhkan oksigen. Semakin tinggi tempat, kadar oksigen kian berkurang. Ini yang membuat pendaki gunung rentan mengalami Hipotermia (penurunan suhu tubuh).
Dalam kondisi parah, penderita hipotermia seharusnya segera dibawa turun. Bila dibiarkan, itu akan membahayakan. Sambil dibawa turun, pasien dikondisikan tetap hangat, ini merupakan prosesur pengamanan korban hipotermia.
Selain itu, para pendaki biasanya mengalami hipoglikemia (penurunan kadar gula dalam darah). Sebab, bahan makanan yang dibawa serba instan. Misalnya mie instan. Sehingga kadar gula dalam tubuh tak terpenuhi, dan akhirnya drop. Antisipasinya, pendaki diminta membawa gula jawa, bisa juga gula batu. Dua bahan tersebut bisa menambah kalori tubuh. Juga membawa minuman hangat yang manis, sering minum minuman hangat yang manis bisa mengantisipasi hipotermia dan hipoglikemia.
Bahaya paling parah adalah mountain sickness (high altitude). Gangguan itu bisa dialami semua pendaki gunung bila berada di ketinggian lebih dari 2.000 meter diatas permukaan laut. Tingkat keparahannya bergantung pada seberapa cepat pendaki naik ketinggian tertentu, seberapa berat aktivitas yang dilakukan saat berada di ketinggian, serta kepekaan setiap individu pendaki. Tanda utama mountain sicknees adalah sakit kepala. Yang berbahaya, bila penderita sudah mengalami pulmonary edema (penimbunan cairan di paru) atau cerebral edema (pembengkakan otak).
Cerebral edema terjadi akibat vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) lokal di otak. Pemicunya kekurangan oksigen (hipoksia). Dampaknya, aliran darah ke otak meningkat sehingga tekanan pada pembuluh kapiler ikut bertambah. Bila tidak segera ditangani, penderita cerebral edema bisa mengalami koma dan akhirnya meninggal dunia.
Nah, pulmonary edema terjadi akibat vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah) di paru. Penyebabnya kekurangan oksigen. Dua kondisi tersebut berkurang kalau penderita segera dibawa ke lokasi yang ketinggiannya lebih rendah. Kemudian, diberikan oksigen sebagai terapi sementara.
Untuk menghindari gangguan kesehatan selama aktivitas mendaki gunung, para pendaki diharapkan untuk membawa perlengkapan yang memadai. Misalnya, jaket tebal serta penutup telinga agar tidak terkena Hipotermia. Dan, jangan lupa membawa obat penyakit tertentu serta pertolongan pertama pada kecelakaan.
Puncak bukanlah sebuah tujuan utama, melainkan puncak adalah bonus bagi semua pendaki. Tujuan utama adalah kita bisa kembali pulang ke rumah dengan keadaan yang sehat dan tanpa kekurangan satu apapun. Maka dari itu, persiapkan semuanya dengan secara matang sebelum menjalankan aktivitas mendaki gunung.
Salam lestari.
> keluhan korban mountain sickness
    - sakit kepala
    - lemah (fatigue)
    - sesak nafas pada saat beraktivitas
    - insomnia
    - denyut nadi cepat (>90 kali / menit)
    - kesadaran turun
    - bengkak tangan, kaki atau muka
> tanda paru bengkak
    - batuk terus menerus
    - demam
    - sesak nafas yang menetap walaupun penderita beristirahat
> tanda otak bengkak
   - sakit kepala
   - lemas
   - muntah
   - gangguan penglihatan
   - gangguan kencing
   - gangguan saluran cerna
   - lumpuh satu sisi
   - kebingungan
   - kesadaran semakin menurun
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar